MATADUNIA | DENPASAR - Kehidupan keluarga bangsawan di India itu ditampilkan dalam satu seri lukisan dalam satu frame layaknya gambar kartun. Di tengahnya terdapat satu figur mencolok seperti anak-anak yang sedang menari. Lukisan yang sudah berusia 300 tahun dan dibawa ke Bali oleh para misionaris itu diklaim Thomas U Freitag sebagai akar seni kontemporer di Bali.
Pengamat seni asal Jerman itu percaya, lukisan inilah yang mengilhami generasi pertama Wayang Kamasan di Klungkung yang tumbuh sejak 1910. Bedanya, lukisan Kamasan bercerita tentang adegan-adegan dalam Mahabaratha. Tradisi pun berlanjut dengan kemunculan pelukis muda di Bali seperti Teja Astawa yang mengggunakan tehnik yang sama tapi berisi tema-tema kontemporer.
Lukisan yang mewakili tiga generasi itu kini terpampang di Santrian Galeri, Sanur dan akan dipamerkan hingga 19 Oktober 2010. Pameran berusaha merepresentasikan perkembangan seni kontemporer Bali dalam versi Freitag yang menjadi kuratornya. Selain lukisan, ada pula karya berupa patung dan seni kerajinan emas.
Freitag sendiri membagi ruang pameran dalam beberapa kategori. Lukisan-lukisan lama seperti Wayang Kamasan disebutnya sebagai basis seni rupa kontemporer Bali. Kategori yang lain adalah Indi Mooi yang melukiskan Bali sebagai surga keindahan dengan wajah-wajah menawan para penghuninya. Ada juga kelompok lukisan dan patung dengan kategori "Motiv Inside" yang mengambil obyek barong. Kategori ini berhadapan dengan "Motiv" Outside" dimana perupa Bali menjelajah kekayaan budaya serta tema-tema universal kemanusiaan.
Satu kategori yang sebelumnya tak pernah dikenal oleh pelukis Bali adalah "Lanscape". Namun sejak tahun 70-an, tehnik yang mengeksplorasi obyek pemandangan ini telah menjadi favorit bagi banyak pelukisnya dan salah-satu yang paling terkenal adalah I Nyoman Tusan. "Sebelum itu seni lukis Bali cenderung figuratif," katanya. Freitag menyandingkannya dengan karya Srihadi Sudarsono yang dikenal sebagai maestro lanscape Indonesia dan karya Ketut Susena yang disebut-sebut sebagai perupa muda Bali paling berbakat dalam tehnik ini.
Sebagai kurator, Freitag menyatakan, tidak membuat kategori yang ketat dengan desain ilmiah mengenai kategori itu. Kategorisasi hanya dimaksudkan untuk menuntun para penikmat pameran mengenali pertumbuhan seni rupa kontemporer di Bali. Dia juga mengakui, sejarah itu agak berbeda dengan yang dikenal selama ini dimana sejarah lukisan modern Bali selalu diawali dengan kisah kehadiran pelukis asing di Ubud semasa Pita Maha pada 1930-an. Namun, hingga kini pun memang belum ada penulisan yang komprehensif mengenai masalah itu. (RH)
0 komentar