

"Indonesia lahir dari kebhinekaan, oleh kebhinekaan, untuk kebhinekaan. Kalau Menteri Agama tak mau menerima ini, sebaiknya dia pindah," kata Goenawan, yang memiliki 26 ribu pengikut di Twitter, Selasa 31 Agustus 2010. "Setidaknya pindah kantor, karena kantor anda dibeayai dengan pajak orang Ahmadiyah juga."
"Islam tak percaya bahwa Yesus itu Tuhan. Kristen tak percaya Muhammad itu utusan Allah. Kalau kedua pihak saling melarang, apa jadinya?" katanya. Menurut pendiri Majalah Tempo ini, Ahmadiyah ada di Indonesia sejak 1926. "Sahadatnya orang Ahmadiyah persis sama dengan sahadat orang Islam lain," ujar Goenawan.
Selama itu pula Islam dan Ahmadiyah hidup damai. Bahkan, "Bung Karno, yang bukan Ahmadiyah, membaca buku-buku Islam karangan orang Ahmadiyah di tahun 1930-an, dan 'merasa wajib berterima kasih'," katanya.
Senada, aktivis Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla menulis, "Kepercayaan tak bisa dipaksakan. Tak bisa anda membubarkan kepercayaan, Pak Menteri!"
Dia mencontohkan Muslim Wahabi yang menempatkan Muslim Sunni sebagai ajaran sesat dan musyrik. "Apa sunni harus dibubarkan," kata Ulil. Contoh lain ada di Kristen, yang menganggap sekte Jehovah dan Mormon sebagai aliran sesat. "Tapi mereka tak minta sekte itu dibubarkan," ujarnya.
Tak kurang dari penyanyi Sherina Munaf ikut turun suara. "Agak sedih saya, karena ternyata ada yang mendukung pernyataan Menag untuk bubarkan Ahmadiyah," kata Sherina di depan 600 ribu pengikut Twitter-nya.
Pernyataan kontroversial Suryadharma disampaikan di Gedung DPR kemarin. Dia mengatakan perlu melindungi hak asasi umat Islam yang meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Keyakinan yang digoyahkan oleh Ahmadiyah yang mengakui Misza Ghulam Ahmad sebagai nabi akhir jaman.
Menurut Goenawan Muhamad, alasan itu tak berdasar. "Ketakutan kita kepada pengaruh ajaran lain adalah ketakutan kita kepada kelemahan iman kita sendiri," ujarnya. (Reza M)
0 komentar