MATADUNIA ONLINE | JAKARTA - Belum selesai kasus bentrokan di Tarakan, Kalimantan Timur, muncul lagi rusuh massa di pusat pemerintahan, Jakarta. Jika di Tarakan menewaskan lima orang, bentrok di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin, menewaskan tiga orang.
Lantas mengapa bentrokan bisa marak belakangan ini. Mengapa intelijen seolah kecolongan sehingga gagal mengantisipasi jatuhnya korban jiwa.
Pengamat intelijen Prayitno Ramelan mengatakan sejak dulu pihak asing selalu bermain untuk menjadikan kondisi keamanan dalam negeri tidak stabil.
"Dari dulu sudah begitu. Ada kelompok tertentu yang banyak punya banyak kepentingan di Indonesia,” tutur Prayitno.
Jika bentrokan marak, sambungnya, maka pemerintahan akan lemah. “Kalau sudah lemah, maka negara itu akan mudah dimanfaatkan,” jelas mantan anggota Badan Intelijen Negara (BIN) ini. Namun dia tidak menyebutkan apa saja dan pihak asing mana saja yang ingin bermain di Indonesia.
“Saya percaya persoalannnya ini adalah urusan luar negeri. Ini kita bangsa perlu waspada jangan sampai mudah diadu domba,” pungkasnya.
Prayitno membantah bahwa bentrokan di Tarakan dan depan PN Jaksel adalah kelengahan intelijen. Menurutnya, tugas intelijen tidak hanya mengurusi dampak penyerangan cafe Blowfish.
“Kalau dibilang (intelijen) kebobolan saya kira itu digeneralisasi. Semua bukan hanya urusan intelijen saja. Urusan Blowfish, juga urusan polisi. Di alam kebebasan demokrasi ini perlu diimbangi dengan ketegasan dari pimpinan polisi. Negara akan makin kacau jika polisi tidak tegas,” tandasnya. (Ton)
0 komentar