MATADUNIA | JAKARTA - Amblasnya Jalan RE Martadinata, Tanjungpriok, Jakarta Utara, Kamis (16/9) lalu rupanya berimbas pada kegiatan perekonomian warga. Salah satu yang paling merasakan dampaknya para sopir angkutan kota (angkot) yang sehari-hari melintasi rute di jalan tersebut. Paska amblasnya jalan itu, kini para sopir angkot mengaku, penghasilan mereka menjadi berkurang dibanding sebelumnya. Sebab, kini rute yang harus ditempuh para sopir angkot menjadi lebih jauh karena harus berputar yang menyebabkan konsumsi bahan mereka menjadi bertambah. Alhasil, mereka mengaku mengalami penurunan pendapatan hingga 50 persen.
“Sejak Jalan RE Martadinata amblas, kendaraan tidak bisa melintas. Akibatnya, angkot harus menuju WTC Mangga Dua dan harus mencari jalan alternatif yakni berputar di Jalan Sunter Agung Utara maupun Jalan Sunter Agung Selatan. Ini menyebabkan pendapatan kami menjadi berkurang hingga 50 persen,” ujar Syaiful Riyadi (25), sopir Mikrolet M 15A jurusan Tanjungpriok-Kota ditemui di Terminal Tanjungpriok, Jumat (17/9).
Selain Mikrolet M 15A, Mikrolet M 15 jurusan Tanjungpriok-Kampungbandan juga melintasi Jalan RE Martadinata. Kini, kedua angkutan itu mesti berputar dan menempuh jarak yang lebih jauh dibanding rute yang harus ditempuh jika melewati Jalan RE Martadinata. Para awak kendaraan itu pun mengaku terpaksa menaikkan ongkos sebesar Rp 2.000. “Karena jaraknya jauh terpaksa kami menaikkan ongkos. Parahnya lagi, penumpang pun menjadi lebih sedikit,” kata Syaiful. Jika sebelumnya, tarif yang berlaku Rp 3.000, tarif itu kini naik menjadi Rp 5.000.
Hal yang sama juga dituturkan Haposan Simanjuntak, sopir mikrolet M 15A yang terpaksa menaikkan tarif paska amblasnya Jalan RE Martadinata. “Biasanya setengah hari saya sudah dapat lebihan Rp 100 ribu. Tapi, sekarang setoran saja belum dapat,” keluhnya.
Selain itu, berkurangnya pendapatan para sopir angkot ini, dikarenakan mereka juga harus masuk Tol Wiyoto Wiyono di Plumpang dan keluar di Pintu Tol Ancol Timur. Para pengemudi itu paling sedikit harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 130 ribu hanya untuk membayar tol. “Kalau sampai tiga bulan Jalan RE Martadinata belum rampung diperbaiki, kami terancam tidak bisa menarik karena mahalnya ongkos BBM dan tol,” tandasnya.
Para sopir memilih melewati tol ketimbang harus menempuh perjalanan melalui jalur alternartif untuk menghindari banyaknya polisi tidur serta pungutan liar yang dilakukan oknum preman. Untuk itu, para sopir pun meminta Pemkot Administrasi Jakarta Utara dan Polres Jakarta Utara agar memberantas keberadaan oknum preman yang jelas-jelas sangat meresahkan itu.
Sementara itu, Ujang (28), warga Jalan Kampung Bahari RT 02/03, Tanjungpriok mengeluhkan mahalnya tarif angkot yang dinaikkan secara sepihak tersebut. “Karena jalan amblas perjalanan jadi jauh. Parahnya lagi ongkosnya juga ikut naik. Kalau begini bisa tekor,” ungkapnya kesal. (Beritajakarta)
0 komentar