BERITA PILIHAN

Sinar Mas Group Membabat Hutan Kapuas Hulu

Share |

MATADUNIA | JAKARTA - Greenpeace kembali mengungkap hasil investigasi terbaru terhadap operasi Sinar Mas di areal hutan dan lahan gambut di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Dalam situs resminya, organisasi pembela lingkungan itu merilis foto-foto yang didapatkan dari pengamatan udara dan analisa lapangan menggambarkan secara detail bagaimana mereka tidak memperdulikan keanekaragaman hayati yang sangat berharga di dalam hutan.
Habitat orang utan dan lahan gambut kaya karbon di ratakan untuk bisnis mereka, meski mereka telah berjanji untuk menghentikan perusakan itu.

Pengungkapan ini juga menggaris bawahi ambisi Sinar Mas untuk mengembangkan ‘kerajaan’ kertas dan minyak sawit mereka hingga jutaan hektar lagi di kawasan Indonesia, termasuk wilayah besar hutan dan lahan gambut di Provinsi Papua.

Rencana ini terungkap dari dokumen rahasia Sinar Mas yang didapat Greenpeace. Pekan lalu, Kepala Divisi Minyak Sawit Sinar Mas mengkonfirmasi niat mereka untuk memperluas ‘kerajaan’ dengan tambahan lahan 1 juta hektar.

Sebelumnya, Sinar Mas mengklaim tidak akan membuka lahan di lahan gambut dan akan melindungi hutan bernilai konservasi tinggi. Sebelumnya investigasi Greenpeace terus menerus mendokumentasikan kasus-kasus dimana operasi Sinar Mas melakukan pembabatan hutan alam dan lahan gambut, termasuk habitat harimau dan orang utan. Hari ini laporan mengekspos kegiatan penghancuran hutan oleh Sinar Mas di dua konsesi mereka di Pulau Kalimantan.

Dalam kasus pertama, dokumen rahasia Sinar Mas memperlihatkan bagaimana hampir sepertiga konsesi mereka berada di lahan gambut, hampir semuanya berada di lahan gambut dalam yang menurut hukum Indonesia terlarang untuk digunakan. Foto-foto Greenpeace memperlihatkan operator melakukan pembukaan lahan di hutan alam, di kawasan lahan gambut. Di kasus kedua, foto-foto Greenpeace mendokumentasikan pembukaan lahan di kawasan yang ditentukan sebagai habitat orang utan oleh sebuah penelitian United Nations Environment Programme.

Dalam kedua kasus foto-foto diambil oleh fotografer Greenpeace, dimana dalam perjalanan itu juga turut serta beberapa wartawan dari media-media terhormat di Indonesia dan dunia. Menyusul pengungkapan terbaru ini, Greenpeace meminta Sinar Mas untuk secara jujur dan terbuka menyajikan kepada publik detail peta seluruh kepemilikan lahan mereka, agar bisa muncul analisa mengenai daerah mana yang merupakan daerah kritis untuk keanekaragaman hayati dan perlindungan iklim, dan apa yang mereka lakukan di daerah itu.

“Kita telah menangkap basah Sinar Mas menghancurkan hutan alam berharga kita, dan melanggar janji bahwa mereka akan memperbaiki operasi mereka. Ini tipikal bagi grup yang telah mempunyai catatan perusakan lingkungan itu. Sinar Mas harus benar-benar sadar dan memperhatikan masa depan hutan Indonesia. Hingga grup ini benar-benar mengubah perilaku, pebisnis lain tidak boleh berhubungan bisnis dengan mereka,” ujar Bustar Maitar, Jurukampanye Huta Greenpeace.

Pengungkapan ini dilakukan pada hari dimana Sinar Mas berencana untuk mempublikasikan hasil audit yang mereka tunjuk, untuk menanggapi laporan-laporan Greenpeace sebelumnya. Hasil audit Sinar Mas tidak didesain untuk meneliti semua kegiatan dan operasi mereka, tetapi hanya terbatas pada wilayah yang berhubungan dengan laporan Greenpeace.

Laporan yang diluncurkan Greenpeace hari ini termasuk foto penghancuran hutan dan lahan gambut di konsesi yang masuk dalam audit Sinar Mas. Perusahaan public relation Bell Pottinger (yang disewa Sinar Mas untuk melakukan publikasi mengenai audit ini) terpaksa mengumumkan penundaan pengumuman hasil audit pekan ini.

Bell Pottinger juga merepresentasi perusahaan minyak buruk Trafigura, yang pekan lalu dihukum karena secara ilegal mengekspor limbah beracun ke Afrika. Dalam beberapa bulan terakhir beberapa perusahaan multinasional –termasuk Unilever, Kraft dan Nestle—telah merespons bukti Greenpeace dengan mengakhiri kontrak dengan Sinar Mas. Meski demikian, Greenpeace terus meminta perusahaan lain, termasuk raksasa trading Cargill, untuk segera mengambil langkah segera, menghapus perusak hutan itu dari rantai suplai mereka. (Marwan Azis) (Photo. Dok. Greenpeace)
lintasberita
Advertisment