BERITA PILIHAN

Kereta Api belum Jadi Prioritas

Share |

MATADUNIA | JAKARTA - Tinggal empat hari lagi. Sekitar 15 juta orang pun mulai melakukan 'ritual' mudik dengan menggunakan beragam jenis alat transportasi, salah satunya kereta api.

Kebutuhan masyarakat akan jasa angkutan kereta api pun terus meningkat, bahkan di luar mudik Lebaran. Data PT Kereta Api Indonesia (persero) menunjukkan, pada 2009, PT KAI mengangkut penumpang hingga 207 juta orang.

"Itu yang dihitung hanya yang beli karcis. Kalau ditambah yang tidak berkarcis, jumlahnya lebih besar," kata Direktur Utama PT KAI Ignasius Jonan, di Kantor Media Group, Selasa (31/8).

Untuk tahun ini, ia memprediksi jumlah penumpang bakal mencapai 211 juta orang. "Tidak ada operator lain yang bisa menangani penumpang dalam jumlah itu selain kereta api," ujarnya.

Tidak hanya angkutan penumpang, angkutan barang yang memakai jasa kereta api pun volumenya bertambah. Jika tahun lalu mengangkut 20 juta ton, tahun ini PT KAI mengangkut 22 ton.

Jasa angkutan kargo pun kian bertumpu pada kereta api. President Director PT GE Operations Indonesia Satya Heragandhi mengemukakan laju pertumbuhan kargo di Indonesia saat ini sekitar 11% per tahun dengan kecenderungan meningkat. "Dengan laju sebesar itu, pertumbuhan logistik tidak akan terkejar oleh pembangunan jalan. Kemacetan yang terjadi di Jakarta saat ini, antara lain disebabkan penuhnya jalan tol dengan truk-truk kargo," paparnya kepada Media Indonesia, Jumat (3/9).

Oleh karena itu, diperlukan infrastruktur rel kereta. Angkutan kargo dengan menggunakan kereta api jauh lebih hemat energi dan efisien ketimbang truk. Untuk sekali jalan, kereta bisa mengangkut 20 kali beban yang biasa diangkut truk.

Namun sayang, peningkatan kebutuhan terhadap kereta api itu tidak diimbangi dengan perbaikan infrastruktur. Banyak rel kereta api, yang menjadi tanggung jawab pemerintah, tidak dirawat secara berkala, bahkan banyak yang rusak.

Masalah perlintasan juga tidak kalah pelik. Catatan PT Kereta Api menyebutkan ada sekitar 5.000 perlintasan tidak resmi yang dibuat masyarakat, yang mestinya ditutup.

Pembangunan rel yang menghubungkan pelabuhan dan bandara dengan pusat industri pun juga masih angan-angan.

Pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia Darmaningtyas menyebutkan konflik kepentingan antara Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN menyebabkan bisnis kereta api di Indonesia berjalan mundur. "Dari segi manajemen, ada dua bos dalam perkeretaapian Indonesia, yakni Kemenhub yang berfokus pada pelayanan kereta api dan Kemenneg BUMN yang berorientasi keuntungan bisnis," papar dia. (Media Indonesia)
lintasberita

0 komentar

Leave a Reply

Advertisment